Desain grafis pada awalnya
diterapkan untuk media-media statis, seperti buku, majalah, dan brosur. Sebagai
tambahin, sejalan dengan perkembangan zaman, desain grafis juga diterapkan dalam
media elektronik, yang sering kali disebut sebagai desain interaktif atau
desain multimedia. Batas dimensi pun telah berubah seiring perkembangan
pemikiran tentang desain. Desain grafis bisa diterapkan menjadi sebuah desain
lingkungan yang mencakup pengolahan ruang.
·
Pengertian Desain Grafis
Desain grafis terdiri dari 2 buah
kata yaitu Desain dan Grafis. Kata desain (de.sa.in / désain /) sendiri
memiliki arti yaitu sebuah proses atau perbuatan dengan mengatur segala sesuatu
sebelum bertindak atau merancang. Sedangkan grafis (gra.fis) sendiri memiliki
arti yaitu titik atau garis yang berhubungan dengan cetak mencetak.
Jadi bisa diartikan bahwa desain
grafis adalah kombinasi kompleks antara kata-kata, gambar, angka, grafik, foto
dan ilustrasi yang membutuhkan pemikiran khusus dari seorang individu yang bisa
menggabungkan elemen-elemen ini, sehingga mereka dapat menghasilkan sesuatu
yang khusus atau sangat berguna dalam bidang gambar. Ilmu desain grafis
mencakup seni visual, tipografi, tata letak dan desain interaksi.
·
Sejarah
Perkembangan Desain Grafis
Pelacakan perjalanan sejarah desain
grafis ditelusuri dari jejak peninggalan manusia dalam bentuk lambang-lambang
grafis (sign & simbol) yang berwujud gambar (pictograf) atau tulisan
(ideograf). Gambar mendahului tulisan karena gambar dianggap lebih bersifat
langsung dan ekspresif, dengan dasar acuan alam (flora, fauna, landscape dan
lain-lain). Tulisan/aksara merupakan hasil konversi gambar, bentuk dan tata
aturan komunikasinya lebih kompleks dibandingkan gambar. Belum ada yang tahu
pasti sejak kapan manusia memulai menggunakan gambar sebagai media komunikasi. Manusia
primitive sudah menggunakan coretan gambar di dinding gua untuk kegiatan
berburu binatang. Contohnya seperti yang ditemukan di dinding gua Lascaux,
Perancis.
Desain grafis berkembang pesat
seiring dengan perkembangan sejarah peradaban manusia saat ditemukan tulisan
dan mesin cetak. Pada tahun 1447, Johannes Gutenberg (1398-1468) menemukan
teknologi mesin cetak yang bisa digerakkan dengan model tekanan menyerupai
desain yang digunakan di Rhineland, yang memungkinkan produksi buku secara massal
dengan biaya rendah, yang menjadi bagian dari ledakan informasi pada masa kebangkitan
kembali Eropa.
Tahun 1450 Gutenberg bekerjasama
dengan pedagang dan pemodal Jonannes Fust, dibantu oleh Peter Schoffer ia
mencetak “Latin Bible” atau disebut “Gutenberg Bible”, “Mararin Bible” atau “42
line bible” yang diselesaikannya pada tahun 1456. Temuan Gutenberg tersebut
telah mendukung perkembangan seni ilustrasi di Jerman terutama untuk hiasan
buku. Pada masa itu juga berkembang corak huruf (tipografi).
Pada perkembangan berikutnya, Aloys
Senefelder (1771-1834) menemukan teknik cetak lithografi. Berbeda dengan mesin
cetak Guterberg yang memanfaatkan teknik cetak tinggi, teknik cetak lithografi
menggunakan teknik cetak datar yang memanfaatkan prinsip saling tolak antara
air dengan minyak. Nama lithografi tersebut dari master cetak yang menggunakan
media batu litho. Teknik ini memungkinkan untuk melakukan penggambaran secara
lebih leluasa dalam bentuk blok-blok serta ukuran besar, juga memungkinkan
dilakukannya pemisahan warna. Sehingga masa ini mendukung pesatnya perkembangan
seni poster.
Perkembangan desain grafis di
Indonesia diawali oleh Jurusan Reklame Dekorasi dan Ilustrasi Grafik (REDIG)
pada tahun 1950, tepatnya 15 januari 1950. Sekolah tersebut bernama Sekolah
Toekang Reklame. Lalu pada tahun 1969 bersamaan dengan berubahnya ASRI menjadi
STSRI atau Sekolah Tinggi Seni Rupa Indonesia, jurusan REDIG dipecah menjadi beberapa
jurusan, yaitu jurusan reklame, seni dekorasi dan seni grafis.
Pada tahun 1972 STSRI
menyelenggarakan ujian S-1 yang baru pertama kali digelar untuk para BA seni reklame.
Nama jurusan seni reklame diganti menjadi jurusan desain komunikasi, tepatnya
pada tahun 1983.
Pada tahun 1984 bersamaan dengan
perubahan STSRI menjadi ISI (Institute Seni Indonesia) Yogyakarta melalui fusi
dengan AMI atau Akademi Musik Indonesia dan Akademi Seni Tari Indonesia (ASTI)
jurusan desain komunikasi dirubah menjadi program studi desain komunikasi
visual dan masih digunakan sampai saat ini.
· Unsur-unsur Desain Grafis
1. Garis (Line)
Sebuah garis adalah unsur desain yang menghubungkan antara satu titik poin dengan titik poin yang lain sehingga bisa berbentuk gambar garis lengkung (curve) atau lurus (straight).
2. Bentuk (Shape)
Bentuk atau shape adalah segala halyang memiliki diameter tinggi dan lebar. Bentuk dasar yang dikenal orang adalah kotak (rectangle), lingkaran (circle), segitiga (triangle), dan polygon.
3. Tekstur (Texture)
Tekstur adalah tampilan permukaan (corak) dari suatu benda yang dapat dinilai dengan cara dilihat atau diraba.
4. Ruang (Space)
Ruang merupakan jarak antara suatu bentuk dengan bentuk lainnya yang pada praktek desain dapat disajikan unsur untuk memberi efek estetika desain.
5. Ukuran (Size)
Ukuran adalah unsur lain dalam desain yang mendefinisikan besar kecilnya suatu objek. Unsur ini digunakan untuk memperlihatkan mana objek manakah yang kita mau tonjolkan atau yang mau dipublis.
6. Warna (Color)
Warna merupakan unsur penting dalam obyek desain. Dalam pewarnaan hendaknya disesuaikan dengan desain yang akan kita buat. Karena dengan warna orang bisa menampilkan identitas, menyampaikan pesar atau membedakan sifat dari bentuk-bentuk visual secara jelas.
Daftar Pustaka :
Komentar
Posting Komentar